A. Definisi
Puisi
Puisi merupakan bentuk karya sastra yang terikat oleh rima, ritme, ataupun
jumlah baris dalam bait, serta ditandai oleh bahasa yang padat
B. Unsur intrinsik puisi
Unsur intrinsik puisi meliputi unsur isi dan unsur bentuk
Unsur isi puisi
1. Tema : pokok pikiran puisi
2. Amanat : pesan yang ingin disampaikan oleh penulis
3. Nada : sikap penyair terhadap pembaca dalam puisi
4. Perasaan : perasaan penyair dalam puisi
Unsur bentuk puisi
1. Larik : kalimat yang ada dalam puisi
2. Bait : kumpulan larik atau baris
3. Pertautan antar bait : hunbungan antar bait
4. Rima : persamaan bunyi
5. Diksi : pilihan kata
Berdasarkan
zamannya, puisi bisa dibedakan menjadi puisi lama, puisi baru, dan puisi
kontemporer. Hampir semua puisi lama dibuat dengan sangat terikat pada
aturan-aturan yang meliputi: 1) jumlah kata dalam 1 baris, 2) jumlah baris
dalam 1 bait, 3) persajakan (rima), 4) banyak suku kata tiap baris, dan 5)
irama (ritma).
C. Puisi
Lama
1. Mantra
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada
mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan
adat dan kepercayaan.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
2. Bidal
Bidal adalah bahasa berkias untuk mengungkapkan perasaan yang sehalus-halusnya,
hingga orang lain yang mendengarkan harus mendalami dan meresapi arti serta
maksud dalam hatinya sendiri, biasanya berisi nasihat, sindiran, peringatan,
dan sebagainya. Menurut penggunaannya bidal bisa diklasifikasikan menjadi
beberapa macam, yaitu:
a Pepatah, adalah kiasan tepat yang berupa kalimat sempurna dan pendek, pada
mulanya dimaksudkan untuk mematahkan pembicaraan orang lain. Contoh:
– Buruk muka cermin dibelah.
– Anjing menyalak takkan menggigit.
– Besar bungkus tak berisi.
b Perumpamaan, adalah majas yang berupa perbandingan dua hal yang pada hakikat
berbeda, tetapi sengaja dianggap sama (secara eksplisit dinyatakan dengan
kata-kata pembanding umpama, bak, bagai, seperti, ibarat, dsb). Contoh:
– Soraknya seperti gunung runtuh.
– Wajahnya laksana bulan kesiangan.
– Seperti mendapat durian runtuh.
c Ibarat, adalah perbandingan dengnan seterang-terangnya dengan keadaan alam
sekitarnya, yang mengandung sifat puisi di dalamnya. Contoh:
– Hendaklah seperti tembikar, pecah satu pecah semua.
– Ibarat bunga, segar dipakai layu dibuang.
– Bagai anak ayam kehilangan induk, selalu saja dalam kebingungan.
d Amsal, adalah kalimat pendek untuk mengajarkan suatu kebenaran. Contoh:
– Biar badan penat, asal hati suka.
– Boleh dipelajari, jangan diikuti (untuk sesuatu yang jelek).
e Tamsil, adalah kiasan pendek yang bersajak dan berirama, seperti pantun kilat
atau karmina. Contoh:
– Ada ubi ada talas, ada budi ada balas.
– Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi.
– Dekat kabut mata tertutup, dekat maut maaf tertutup.
f Pemeo, adalah kata-kata atau kalimat-kalimat singkat baik yang mengandung
ejekan atau semangat, yang ditiru dari ucapan seseorang, dan kemudian sering
diucapkan atau dipakai dalam masyarakat. Contoh:
– Sekali merdeka, tetap merdeka!
– Maju terus, pantang mundur!
– Rawe-rawe rantas, malang-malang putung!
3. Pantun. Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya
dalam masyarakat.
Ciri – ciri Pantun :
a Setiap bait terdiri 4 baris
b Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
c Baris 3 dan 4 merupakan isi
d Bersajak a – b – a – b
e Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
f Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)
a. Macam-macam Pantun dilihat dari Bentuknya
Ø Pantun Biasa, pantun biasa sering
juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
Ø Seloka
(Pantun Berkait), Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu
bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.
Ciri-ciri Seloka:
– Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan
ketiga bait kedua.
– Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan
ketiga bait ketiga dan seterusnya
Contoh Seloka:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati
bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan
Ø Talibun,
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus
genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya. Jika satu bait berisi enam baris,
susunannya tiga sampiran dan tiga isi. Jika satiu bait berisi delapan baris,
susunannya empat sampiran dan empat isi. Jadi apabila enam baris sajaknya a – b
– c – a – b – c. Dan bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d –
a – b – c – d
Contoh Talibun:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari
Induk semang cari dahulu
Ø Pantun
kilat ( karmina ) Pantun ini disebut juga pantun dua seuntai. Pantun kilat atau
karmina atau pantun dua seuntai adalah pantun yang hanya terdiri atas dua
larik, yaitu larik pertama sebagai sampiran dan larik kedua isinya. Sebenarnya
berasal dari empat larik, yang tiap larik bersuku kata empat atau lima, lalu
kedua larik itu diucapkan seolah-olah sebuah kalimat.
Ciri-ciri Karmina :
– Setiap bait terdiri dari 2 baris
– baris pertama merupakan sampiran
– Baris kedua merupakan isi
– Bersajak a – a
– Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Pisang kepok
pisang berbiji,
Anak mondok,
diambil istri.
Lalu dijadikan:
Pisang kepok, pisang berbiji
Anak mondok, diambil istri
b.
Macam-macam Pantun Dilihat dari Isinya
Ø Pantun anak-anak
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang
Ø Pantun
orang muda
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua
Ø Pantun
Orang Tua
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang
Ø Pantun
Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
Ø Pantun
Teka-Teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
Jalan-jalan
ke Pasar Batu
Jika buntu jalan ke desa
Jika tuan cerdik waskita
bunga apa tak pernah layu
4. Gurindam.
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)
Ciri-ciri Gurindam:
a Tiap bait terdiri daari dua baris/larik
b Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
c Hubungan baris pertama dan kedua membentuk hubungan sebab akibat
d Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan
suatu sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa
tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami
tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
5. Syair,
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.
Ciri – ciri Syair :
a Setiap bait terdiri dari 4 baris
b Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c Bersajak a – a – a – a
d Isi semua tidak ada sampiran
e Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri
bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama
Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)
6. Kit’ah
Adalah puisi arab yang berisi nasihat – nasihat
7. Gazal Adalah puisi arab yang berisi cinta kasih
8. Nazam Puisi arab yang berisi cerita hamba sahaya, raja, sultan, pangeran atau
bangsawan istana
9. Ruba’i adalah puisi arab yang berkaitan dengan nasihat
10. Masnawi adalah puisi arab yang berisi puji-pujian tentang tingkah laku
seseorang yang mulia
D. Puisi Baru adalah puisi yang sudah mulai meninggalkan aturan-aturan
penulisan seperti pada puisi lama. Hanya saja dalam puisi baru masih
memperhatikan jumlah baris dalam tiap baitnya
1. Jenis
puisi baru berdasarkan bait, irama, rima
Puisi baru Indonesia lahir tahun dua puluhan oleh para pujangga Angkatan
pra-Pujangga Baru, antara lain, Muhammad Yamin dan Rustam Effendi. Puisi baru
bebas rima dan irama, tetapi jumlah larik tiap bait masih diperhatikan. Puisi
ini hanya terikat oleh jumlah larik tiap bait.
Jenis puisi baru Indonesia, antara lain:
a Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua
seuntai). Contoh:
Hang Tuah
Bayu
berpuput alam bergulung
Bayu berebut buih dibubung
Selat Malaka
ombaknya memecah
Pukul memukul belah membelah
Bahtera
ditepuk butiran dilanda
Penjajab dihantuk halauan ditunda
Oleh Amir Hamzah
b Tersina,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Cinta
Dalam ribuan
pagi bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Bersinar bagai cendana
Dalam
bahagia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mengwarna bagai sari
Oleh Sanusi
Pane
c Kuatren adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat
seuntai).
Contoh:
Sebab Dikau
Kasih
kuhidup sebab dikau
Segala kuntum mengoyak kepak
Membunga cinta dalam hatiku
Mewangi sari dalam jantungku
….
Oleh Amir Hamzah
d Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima
seuntai).
Contoh:
Satu-satu perasaan
Yang saya rasakan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
(Or Mandank)
e Sektet,
adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Di kelam hitam mengepung
Menjerit peluit kereta malam
Merintih ke langit
Derita hidup mengepung
Menjerit bangsaku sedang berjuang
Merintih ke langit
(Nursyamsu)
f Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh
seuntai).
Contoh:
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulaudi lautan hijau
Gunung-gemunung bagus rupanya
Dilimpahi air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya.
(Muh. Yamin)
g Stanza / Oktava, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris
(double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa sendiri
Bertambah halus, akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupaan teduh tenang.
(Sanusi Pane)
h Soneta,
adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua
bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga
baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Itali) perubahan dari kata sono yang
berarti suara. Jadi dapat dikatakan bahwa soneta adalah puisi yang bersuara. Di
Indonesia soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muh. Yamin dan
Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai
”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk
pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan
dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya
(empat belas baris).
Soneta (dari Itali), syarat-syaratnya sebagai berikut.
– Terdiri 14 baris, terbagi atas dua kuatren (oktaf) dan dua tersina (sekstet).
– Oktaf (8 baris I) melukiskan alam (sampiran), sekstet (6 baris ke II)
kesimpulan dari apa yang dikiaskan pada oktaf.
– Peralihan dari oktaf ke sekstet disebut volta.
– Rima akhirnya: a b b a (kuatren I); a b b a (kuatren II); a d c (tersina I);
d c d (tersina II)
Soneta Inggris (soneta Shakespeare) syarat-syaratnya sebagai berikut.
– terdiri atas tiga kuatren dan satu distikon.
– Inti sarinya terkandung dalam distikon yang disebut cauda/koda (ekor).
Rumus akhirnya:a b a b / c d c d / e f e f / g g.
Contoh:
Gita Gembala
Lemah gemulai lembut derana
Bertiuplah angin sepantun rebut
Menuju gunung arah ke sana
Membawa awan bercampur kabut
Dahan bergoyang sambut menyambut
Menjatuhkan embun jernih warnanya
Menimpa bumi beruap dan lembut
Sebagai benda tiada berguna
Jauh di sana diliputi awan
Terdengar olehku bunyi nan rawan
Seperti permata di dada perawan
Alangkah berahi rasanya jantung
Mendengarkan bunyi suara kelintung
Melagukan gembala membawa untung
(Muh. Yamin)
i Sanjak
Bebas, adalah suatu bentuk sanjak yang tidak dapat diberi nama dengan nama-nama
yang sudah tertentu baik dalam puisi lama maupun puisi baru. Yang dipentingkan
dalam jenis ini adalah kandungan isi bukan bentuk. Kandungan isi dimaksudkan
sebagai ekspresi bebas dari jiwanya, dari pengungkapan rasa pribadinya. kalau
perlu bahasa pun dapat tunduk kepada isinya. Sanjak-sanjak ini merupakan salah
ciri angkatan 45, sebuah salah satu perwujudan dari gelora jiwanya.
Contoh:
Aku
Kalau sampai waktuku
’Ku mau tak seorang ’kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Sanjak karya Chairil Anwar di atas menggambarkan pemberontakan jiwanya,
semangat hidupnya yang menuntut kebebasan.
2. Jenis
Puisi baru berdasarkan isinya dibagi sebagai berikut:
a Balada. Balada adalah puisi yang berisi kisah cerita.
b Romance.Romance ialah puisi yang berisi luapan perasaan kasih sayang terhadap
kekasihnya.
c Elegi. Elegi ialah sajak atau puisi bersedih-sedih, suara sukma yang
meratap-ratap, batin yang merintih.
d Ode. Ode ialah sajak yang berisi pujian dan sanjungan terhadap seseorang yang
besar jasanya dalam masyarakat, seseorang yang dianggap pahlawan bangsa karena
darma baktinya kepada nusa dan bangsa.
e Himne. Himne ialah sajak pujian kepada Tuhan atau sajak keagamaan.
f Epigram. Epigram ialah sajak yang berisi ajaran hidup, semangat perjuangan.
g Satire. Satire ialah sajak yang berisi kritik atau sindiran yang pedas atau
kepincangan-kepincangan yang terlihat dalam masyarakat
E. Puisi
Kontemporer
Puisi Kontemporer adalah puisi yang sudah tidak menggunakan kaidah penulisan
puisi pada umumnya, puisi kontemporer sudah jauh lebih bebas dari segala aturan
seperti yang ada pada puisi lama dan bahkan puisi baru. Puisi kontemporer
biasanya mengutamakan isi daripada bentuknya. Misalnya, rima, irama dan yang
lainnya, tidak lagi terlalu diperhatikan dalam penyusunan puisi kontemporer.
Puisi kontemporer adalah bentuk puisi kekinian. Puisi tidak lagi dipandang
sebagai karya sastra yang terikat oleh bentuk dan rima, tetapi sebuah puisi
diciptakan untuk menyampaikan gagasan. Chairil Anwar dipandang sebagai pelopor
revolusi bentuk puisi. Baginya bentuk puisi itu tidak penting. Yang penting
adalah ujud pengucapan bantin.
Sebenarnya puisi-puisi Chairil Anwar pun sudah dapat dikatakan sebagai puisi
kontemporer karena bentuk fisik puisinya menjadi contoh penyair-penyair berikutnya,
bahkan sampai sekarang. Namun, istilah kontemporer sendiri mulai poluper pada
era 70-an. Sutardji Calzoum Bahcri sebagai pelopornya.
Sutarji Calzoum Bachri menulis puisi menempatkan bentuk fisik puisi dalam
kedudukan yang terpenting. Pengulangan kata dan bunyi adalah kekuatan puisinya.
Sutardji ingin mengembalikan puisi pada pada hakikatnya, yaitu sebagai doa.
Bentuk doa selalu ada persamaan ritma layaknya sebuah mantra.
Puisi Kontemporer lebih mengutamakan unsur fisiknya karena lebih mementingkan
tipografi dengan gambar atau bentuk grafisnya (Waluy, 1995: 5-22). Sutardji
Calzum Bachri dianggap sebagai pembaharu dunia puisi Indonesia dan termasuk
pelopor puisi Kontemporer. Sutardji mementingkan bentuk fisik (bunyi). Ulangan
kata, frasa,dan bunyi menjadi kekuatan puisinya.
Meskipun puisi kontemporer telah bebas dari segala aturan seperti yang mengikat
pada puisi lama dan bahkan puisi baru, tetapi ia tetap berbentuk puisi yang
memiliki perbedaan dengan karya sastra yang lain. Karya sastra puisi tetap menggunakan
bahasa yang singkat dan padat. Pemilihan kata atau diksi dalam puisi juga harus
sangat selektif dan ketat. Kehadiran kata-kata dan ungkapan dalam puisi harus
diperhitungkan dari berbagai segi, seperti makna, kekuatan citraan, dan
jangkauan simboliknya.
Puisi kontemporer bisa dibedakan menjadi beberapa ragam sebagai berikut:
1. Puisi Tanpa Kata, yaitu puisi yang sama sekali tidak menggunakan kata
sebagai alat ekspresinya. Sebagai gantinya di gunakan titik-titik, garis,
huruf, atau simbol-simbol lain.
2. Puisi Mini Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata dalam jumlah
yang sangat sedikit, dilengkapi dengan symbol lain yang berupa huruf, garis,
titik, atau tanda baca lain.
3. Puisi Multi Lingual, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata atau
kalimat dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.
4. Puisi Tipografi, yaitu puisi kontemporer yang memandang bentuk atau wujud
fisik puisi mampu memperkuat ekspresi puisi. Bahkan wujud fisik puisi
dipandangg sebagai salahh satu unsure puisi, sebagai suatu tanda yang memiliki
makna tertentu, yang tidak terlepas dari keseluruhan makna puisi.
5. Puisi Supra Kata, yaitu puisi kontemporer yang menggunakan kata-kata
konvensional yang dijungkir-balikkan atau penciptaan kata-kata baru yang belum
pernah ada dalam kosakata bahasa Indonesia. Puisi macam ini lebih mementingkan
aspek bunyi dan ritme, sehingga merangsang timbulnya suasana magis (cenderung
sebagai puisi mantra).
6. Puisi Idiom Baru. Puisi ini dibedakan dengan puisi konvensional terutama
oleh penggunaan idiom-idiom baru yang terdapat didalamnya. Puisi idiom baru
tetap menggunakan kata sebagai alat ekspresinya, tetapi kata tersebut dibentuk
dan diungkapkan dengan cara baru, diberi nyawa baru. Digunakan idiom-idiom baru
yang belum pernah dijumpai sebelumnya.
7. Puisi Mbeling. Puisi ini pada umumnya mengandung unsur humor, bercorak
kelakar. Dalam puisi ini sering terdapat unsure kritik, terutama kritik sosial.
Puisi mbeling tidak meng’haram’kan penggunaan suatu kata. Semua kata mempunyai
hak yang sama dalam penulisan puisi ini.
Contoh puisi
kontemporer:
Amuk
Ngiau!
Kucing dalam darah dia menderas
Lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
Gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
Darahku dia besar dia bukan harimau bu
Kan singa bukan hiena bukan leopar dia
Macam kucing bukan kucing tapi kucing
Ngiau dia lapar dia menambah rimba af
Rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
Dia meraung dia mengerang dangan beri
Daging dia tak mau daging jesus dangan
Beri roti dia tak mau ngiau.
contoh di
atas adalah bentuk puisi kontemporer yang sampai sekarang banyak ditiru oleh
penyair-penyair muda yang berbakat. Jika puisi lama lebih lebih menunjukan
kesimbangan peranan bentuk fisik yang ditonjolkan pada rima, dengan bentuk
batin, puisi baru lebih menonjolkan bentuk batin dan gagasan, sedangkan puisi
kontemporer lebih menonjolkan struktur fisik dalam menyampaikan gagasan.
F.
Menganalisis Puisi
1. Menyebutkan tema puisi
Tema puisi adalah dasar, jiwa, atau isu utama yang menjadi pijakan terciptanya
puisi. Tema puisi merupakan salah satu unsur intrinsik puisi. Unsur intrinsik
puisi adalah unsur-unsur yang ada dalam puisi, baik tersurat maupun tersirat.
Unsur-unsur tersebut, antara lain,tema, diksi, rima, makna, dan amanat. Untuk
memahami tema puisi, Anda harus memahami unsur-unsur intrinsik puisi tersebut.
Cobalah pahami puisi berikut!
Bungaku
Bersemi
Karya: Ach. Makmun Baqir
Bungaku kini
bersemi
setelah sewindu terkurung
di lembah sunyi.
Dedaunan yang berguguran
reranting yang dahulu kering
kini telah biru kembali
membentuk singgasana
di tengah pusaran angin.
Tiada sia-sia kiranya
kusirami taman
di kala kemarau murka.
Bungaku kembali bersemi
hatiku kini bersemi.
2.
Menjelaskan makna puisi
Makna puisi adalah arti atau maksud atau isi yang terkandung dalam puisi yang dapat
ditangkap oleh pembaca sesuai tingkat pengalaman dan pengetahuannya. Oleh
karena itu, makna puisi akan berbeda-beda manakala penafsirnya tidak sama.
Bahkan, bukan tidak mungkin akan bertolak belakang. Dalam penafsiran, pasti
akan ada unsur subjektivitas. Kedewasaan, kemantapan pengalaman, dan
pengetahuan penafsir akan menentukan mutu rumusan makna puisi. Dengan demikian,
hanya penyairnya yang tahu makna persis puisi tersebut.
Beberapa hal yang berkaitan dengan apresiasi puisi adalah pemahaman terhadap
unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik puisi meliputi tema, diksi,
bait/larik, rima, makna, amanat. Adapun unsur ekstrinsiknya adalah latar
belakang penulis, keadaan masyarakat pada saat puisi tersebut digubah, sosial,
politik, adat, dan sebagainya. Untuk lebih meningkatkan daya apresiasi Anda
terhadap puisi, cobalah pahami makna puisi berjudul ”Bungaku Bersemi”
G. Membaca
pusi
Membaca puisi merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengapresiasi
atau menghargai, menghayati, dan menikmatinya. Dalam pembacaan puisi perlu
diperhatikan lafal, tekanan/stres, intonasi, volume suara, dan
penampilan/performa yang mencakup gaya dan sikap (untuk pembacaan yang
disaksikan langsung atau di atas panggung).
a Lafal adalah cara seseorang mengucapkan atau menuturkan bunyi bahasa. Jika
lafal seseorang baik, aka bunyi bahasa yang diucapkannya akan mudah dan jelas
ditangkap oleh pendengar.
b Tekanan/stres/aksen adalah keras lembutnya pengucapan kata, kalimat, atau
baris dalam puisi. Maksud adanya aksentuasi adalah untuk menegaskan
bagian-bagian yang dirasa lebih penting daripada bagian lain.
c Intonasi atau lagu kalimat adalah ketepatan tinggi rendah nada dalam
pembacaan puisi sehingga suara pembaca tidak monoton tetapi berirama. Intonasi
sebenarnya merupakan gabungan dari berbagai unsur, di antaranya nada, tempo,
irama/ritme, tekanan, dan volume suara.